Selasa, 17 April 2012

perubahan anatomi dan fisiologis ibu hamil trimester I, II, dan III


BAB I

PENDAHULUAN


1.1       LATAR BELAKANG

 Proses kehamilan sampai kelahiran merupakan rangkaian dalam satu kesatuan yangdimulai dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi ibu terhadap nidasi, pemeliharaankehamilan, perubahan endokrin sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi dan persalinan dengan kesiapan untuk memelihara bayi.Dalam menjalani proses kehamilan tersebut, ibu hamil mengalami perubahan- perubahan anatomi pada tubuhnya sesuai dengan usia kehamilannya. Mulai dari trimester I,sampai dengan trimester III kehamilan.Perubahan-perubahan anatomi tersebut diantaranya adalah perubahan sistem pencernaan, dan perubahan sistem perkemihan.Perubahan pada sistem pencernaan seperti sembelit, mual ataunause, perut kembungakibat makanan yang tertahan dalam lambug.Perubahan pada sistem perkemihan seperti ibu hamil sering buang air kecil karenaadanya desakan oleh fetus yang semakin besar dalam uterus.Namundemikian, selama sifatnya masih fisiologis atau memang normal terjadi dalam proseskehamilan berlangsung ringan dan tak mengganggu aktivitas, dianggap normal. Sebaliknya bila gejala-gejala tersebut mulai berlebihan dan menyebabkan masalah dalam kehidupansehari-hari, seperti mengganggu aktivitas dan bahkan sampai dehidrasi tentu bukan hal yangnormal lagi.

1.2   TUJUAN PENULISAN

Tujuan Umum
Untuk mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu hamiltrimester I, II, dan III.

Tujuan khusus
Untuk mengetahui perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu hamiltrimester I, II, dan III, yaituperubahan sistem pencernaan dan perkemihan.

BAB II

TINJAUAN TEORI

Pada ibu hamil, perubahan anatomi sistem-sistem pada tubuh berkembang sesuaitahap usia kehamilannya. Mulai dari trimester I, sampai trimester III kehamilan. Sistem-sistem tersebut diantaranya adalah sistem pencernaan, dan sistem perkemihan
2.1 SISTEM PENCERNAAN
Perubahan pada saluran cerna memungkinkan pengangkutan nutrien untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin dan perubahan ini berada di bawah pengaruh hormon dan mekanis. Hal penting yang perlu diingat oleh bidan adalah bahwa banyak diantara perubahan ini bertangggung jawab terhadap sejumlah ketidaknyamanan yang dialami selama kehamilan.
Perubahan diet selama kehamilan, banyak terjadi seperti keengganan terhadap kopi, alkohol dan makanan yang digoreng, begitu pula dengan ibu yang sangat menginginkan makanan yang asin dan pedas; hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh penumpulan indera pengecap selama kehamilan. “Pika”, istilah yang digunakan untuk menggambarkan keinginan yang aneh, mengunyah makanan secara kompulsif dan diam-diam, atau ingesti zat yang bukan makanan (misalnya : es, batu bara, disinfektan) juga banyak terjadi, meskipun beberapa pika mungkin lebih banyak berhubungan dengan tradisi sosial daripada selera makan yang kompulsif. mekanisme perubahan diet ini sangat sulit dipahami dan biasanya tidak memiliki signifikansi terhadap kehamilan, kecuali jika materi yang dikonsumsi menghambat absorpsi zat besi.
Estrogen dan HCG meningkat, dengan efek samping mual dan muntah-muntah. Selain itu, terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, konstipasi, lebih sering lapar atau perasaan ingin makan terus (mengidam), juga akibat peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologik tertentu, terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per hari (hiperemesis gravidarum).
Meskipun banyak wanita yang mengalami mual di awal kehamilan, ada juga yang mengalami peningkatan nafsu makan dengan asupan makanan harian meningkat hingga 200 kkal. Hipotalamus yang mengendalikan lemak tubuh total, dipicu kembali oleh progesteron sehingga kadar cadangan lemak tubuh yang baru dapat dicapai dengan makan lebih banyak dan mengurangi energi yang digunakan. Hal ini memfasilitasi ibu untuk memasuki trimester ketiga dengan 3,5 kg cadangan lemak yang terakumulasi, yang merupakan bank energi untuk trimester terakhir saat penyimpanan lemak secara praktis berhenti, tetapi energi tetap dibutuhkan untuk pertumbuhan janin. Banyak wanita merasakan peningkatan rasa haus selama kehamilan akibat pengeseran kembali ambang osmotik untuk rasa haus dan vasopresin. Hal ini berperan dalam penurunan osmolalitas plasma, menyebabkan peningkatan retensi air yang merupakan perubahan fisiologis normal selama kehamilan. HCG dapat mempengaruhi osmoregulasi pada kehamilan.
Gusi mengalami edema, lunak dan seperti spons selama kehamilan yang kemungkinan terjadi akibat efek estrogen. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan jika mengalami trauma ringan, seperti akibat sikat gigi. Terkadang terjadi pembengkakan yang sangat vaskular dan bersifat fokal yang disebut epulis (atau gingivitis); pembengkakan ini disebabkan oleh pertumbuhan kapiler gusi. Hal ini biasanya hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. Banyak data yang menunjukan bahwa kehamilan tidak menyebabkan kerusakan gigi. Salivasi yang berlebihan atau ptialisme, merupakan keluhan yang kadang-kadang terjadi pada kehamilan; hal tersebut tampaknya disebabkan oleh stimulasi kelenjar saliva akibat ingesti zat tepung.
Peningkatan estrogen dan progesteron meningkatkan aliran darah ke rongga mulut, hipervaskularisasi pembuluh darah kapiler gusi sehingga terjadi edema dan hiperplastis; ketebalan epitelial berkurang sehingga gusi lebih rapuh. Hal ini juga dapat mendorong ibu memperhatikan perawatan gigi dan mulut, tetapi bukan dikarenakan ia akan kehilangan kalsium dari cadangan kalsium yang dialirkan ke janin. Janin memperoleh kalsium dari cadangan kalsium di dalam tubuh ibu, bukan dari gigi ibu.
Tingkat keasaman saliva meningkat, dan pada trimester pertama, mengeluh mual dan muntah. Gejala muntah (emesis gravidarum) sering terjadi, biasanya pada pagi hari (morning sicknesss). Tonus pada sfingter esofagus bagian bawah melemah di bawah pengaruh progesteron, yang menyebabkan relaksasi otot polos.
Sejalan dengan kemajuan kehamilan, uterus yang membesar juga mendorong lambung dan usus, akibatnya, apendiks bergeser keatas dan lateral sehingga apendisitis dapat disalah artikan sebagai pielonefritis. Pada kehamilan cukup bulan, lambung berada pada posisi vertikal dan bukan pada posisi normalnya, yaitu horizontal. kekuatan mekanis ini menyebabkan peningkatan tekanan intragastrik dan perubahan sudut persambungan gastro-esofageal yang mengakibatkan terjadinya refluks esofageal yang lebih besar. Pergeseran lambung kearah atas saat uterus mengalami pembesaran yang tidak wajar (seperti pada kehamilan kembar atau polihidramnion) menyebabkan timbulnya berbagai gejala kehamilan yang mengganggu dan lebih sulit diatasi.
Penurunan drastis tonus dan motilitas lambung dan usus ditambah relaksasi sfingter bawah esofagus merupakan predisposisi terjadinya nyeri ulu hati, konstipasi dan haemoroid. Sekitar 80% ibu hamil mengalami nyeri ulu hati selama kehamilan, biasanya pada trimester ketiga. Hal ini dianggap akibat adanya sedikit peningkatan tekanan intragastritik yang dikombinasikan dengan penurunan tonus sfingter bawah esofagus sehingga asam lambung refluks kedalam esofagus bagian bawah. Meskipun etiologi yang sebenarnya masih belum jelas, pengaruh kombinasi antara progesteron dan estrogen kemungkinan menjadi penyebabnya.
Kerja progesteron pada otot-otot polos menyebabkan lambung hipotonus yang disertai penurunan motilitas dan waktu pengosongan yang memanjang. Semua perubahan yang terjadi akibat progesteron ini dialami seluruh saluran usus halus. Efek-efek progesteron menjadi lebih jelas seiring kemajuan kehamilan dan peningkatan kadar progesteron. Efek progesteron pada usus halus adalah memperpanjang lama absorpsi nutrien, mineral, dan obat-obatan. Absorpsi ini juga meningkat akibat hipertrofi vili duodenum yang dapat meningkatkan kapasitas absorpsi. Efek progesteron pada usus besar menyebabkan konstipasi karena waktu transit yang melambat membuat air semakin banyak diabsorpsi dan menyebabkan peningkatan flatulen karena usus mengalami pergeseran akibat pembesaran uterus.
Diduga bahwa efek relaksasi progesteron menyebabkan terjadinya perlambatan motilitas usus, mengakibatkan waktu transit yang lebih lama, dan peningkatan absorpsi air kolonik, yang keduanya berperan terhadap terjadinya konstipasi, meskipun penelitian yang membuktikan belum banyak dilakukan. Kompresi usus bagian bawah oleh uterus juga dapat menimbulkan masalah ini, begitu juga dengan pemberian zat besi secara oral.
Di bawah pengaruh estrogen pada kandung empedu, dapat terjadi statis garam-garaman empedu (kolestatis pada kehamilan) yang menyebabkan pruritus dan ikterus. Kandung empedu mengalami dilatasi selama kehamilan dan laju pengosongannya lambat akibat efek progesteron. Empedu menjadi lebih kental, disertai peningkatan resiko kolestatis obstetrik. Pengosongan kandung empedu yang tidak sempurna dapat mengakibatkan retensi kristal kolesterol-bakal batu empedu, yang relatif umum terjadi pada ibu hamil asimptomatik.
Beberapa penelitian menunjukan tidak adanya  perubahan pada ukuran hati dan aliran darah, sedangkan penelitian lainnya menunjukan hal yang sebaliknya. Meskipun banyak perubahan hati selama kehamilan yang menyerupai penyakit hati, tes fungsi hati harus diinterpretasikan dengan cermat karena terdapat perbedaan besar antara hasil laboratorium yang berkaitan dan ‘rentang normal’.
2.2 PERUBAHAN SISTEM PENCERNAAN

·         Terjadi perubahan posisi lambung dan usus akibat perkembangan uterus
·         Penurunan tonus dan motilitas saluran gastro intestinal menyebabkan waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama
·         Penyerapan makanan meningkat
·         Terjadi konstipasi yang dapat meningkatkan terjadinya haemoroid
·         Adanya refluks sekret-sekret asam ke esofagus menyebabkan terjadinya pirosis (nyeriulu hati)
·         Gusi menjadi melunak dan mudah berdarah (hiperemi)

2.3 SISTEM PERKEMIHAN
Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan, dan pada kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan merasa lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar.
Pada minggu-minggu pertengahan kehamilan, frekuensi berkemih meningkat. Hal ini umumnya timbul antara minggu ke- 16 sampai minggu ke- 24 kehamilan.
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kandung kemih tertekan kembali sehinggal timbul sering kencing.
                                          
Perubahan struktur ginjal merupakan aktifitas hormonal [ estrogen dan progesteron ], tekanan yang timbul akibat pembesaran uterus, dan peningkatan volume darah. Sehingga minggu ke-10 gestasi, pelvis ginjal dan uretra berdilatasi.
Ginjal wanita harus mengakomodasi tuntutan metabolism dan sirkulasi ibu yang meningkat dan juga mengekskresi produk sampah janin. Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah 1-1,5 cm. Ginjal berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi rekumben lateral dan paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat wanita hamil berbaring telentang, berat uterus akan menekan vena kava dan aorta, sehingga curah jantung menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi jantung janin menurun, begitu juga dengan volume darah ginjal.Pada kehamilan normal fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan.
2.4 PERUBAHAN SISTEM PERKEMIHAN
  • BAK cenderung menetapkan frekuensinya mulai dari kehamilan 6-12 minggu, pada usia kehamilan selanjutnya perubahan jaringan bagian bawah rongga panggul akan meningkatkan frekuensi BAK dari biasanya.
  • Setelah 16 minggu pembesaran uterus akan membuat ureter menjadi dilatasi untuk menampung banyaknya urin
  • Ukuran ginjal sedikit bertambah besar, vaskularisasi meningkat karena pengaruh progesteron
  • Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan dan menurun pada akhir kehamilan
  • Glukosaria (kadar glukosa dalam urin) meningkat pada kehamilan








BAB III

KESIMPULAN

Pada setiap kehamilan akan terjadi perubahan-perubahan anatomi sesuai tingkat usiakehamilan ibu hamil tersebut. Perubahan tersebut dimulai pada trimester awal sampaitrimester terakhir kehamilan yaitu trimester III.Perubahan-perubahan anatomi yang terjadi pada ibu hamil diantaranya meliputi sistem pencernaan, dan sistem perkemihan, yang berkembang sesuai dengankondisi janin yang ada di kandungan ibu.
Pada sistem pencernaan di awal trimester timbul gejala morning sickness dan berangsur membaik pada trimester selanjutnya, bahkan nafsu makan pun meningkat. Mual (nausea)terjadi karena makanan lebih lama berada di lambung dan dicerna sangat lambat di usus.Terjadi konstipasi karena pengaruh hormone progesterone yang meningkat. Selain itu perutkembung juga terjadi.
Pada sistem perkemihan, bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan, dan pada kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan merasa lebih sering ingin buang air kecil.











BAB IV
PENUTUP

Demikianlah hasil makalah Asuhan Kebidanan I yang kami susun. Apabila ada kesalahan dalam penulisan mohon dimaklumi mengingat penulis masih dalam tahap pembelajaran.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar penulis dapat memperbaiki kekurangan dan dapat menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Terimakasih.



Jakarta,  April 2012


Penulis



Tidak ada komentar:

Posting Komentar